Senin, 15 Juni 2020

Pengaruh Vestibular dengan Perkembangan Bicara dan Bahasa

Saat ku praktek sebagai okupasi terapis di beberapa klinik tumbuh kembang, klien atau orang tua paling sering mengeluhkan masalah perkembangan bicara dan bahasa anak. Tanpa menyadari bahwa anaknya  memiliki gangguan pada komponen perkembangan yang akhirnya berpengaruh ke kemampuan bicara dan bahasanya. Misalnya, gangguan pada proses sensori. Atau, anak telah mendapat label diagnosa tertentu seperti autism, down syndrome, GDD, mental retardasi dsb, yang sudah pasti mempengaruhi kemampuan verbal anak. Memang, anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan itu, yang paling terlihat outputnya adalah kemampuan bicara dan bahasanya.

Untuk bisa mencapai kemampuan bicara dan bahasa yang baik, sudah dipastikan harus memiliki perkembangan proses sensori dan motorik yang baik pula, karena itu adalah  fondasi. 

Anak harus mendapatkan banyak pengalaman sensori selama masa tumbuh kembangnya, bahkan sejak awal kelahiran. Dari pengalaman sensori yang didapat, maka anak akan belajar bagaimana cara merespon terhadap stimulus-stimulus di lingkungan yang sedang atau yang akan dihadapi. Contohnya, anak akan belajar untuk merespon bagaimana cara mempertahankan posisi tubuh atau keseimbangan di berbagai bidang permukaan, mengontrol gerakan, mampu mentolerir perubahan suhu, bermacam tekstur yang dirasakan, dan mampu mentolerir berbagai perubahan posisi tubuh terhadap gravitasi. Sehingga, secara keseluruhan, anak akan mampu beradaptasi terhadap perubahan situasi, kondisi dan tantangan yang ada di lingkungan.

Pada postingan ku sebelumnya, sudah membahas salah satu sistem sensori pokok, yaitu vestibular. Sensori ini memiliki pengaruh pada perkembangan bicara dan bahasa anak.

Perkembangan bicara dan bahasa terjadi karena di awali dengan adanya stimulus dari auditori.  Ternyata, sebelum sistem auditori ini berkembang, ada sistem sensori yang sudah berkembang lebih dulu, salah satunya ialah Vestibular.
Reseptor sensori auditori dan vestibular ini sama-sama berada di telinga bagian dalam. 
Auditori----> Koklea
Vestibular---> Semicircular canals
Keduanya juga sama-sama menerima stimulus getaran. Kalau Auditori dari getaran suara. Vestibular dari getaran yang dihasilakan oleh pergerakan.

Keterkaitan vestibular dengan perkembangan bicara dan bahasa pada anak:

1. Respon tubuh yang dihasilkan dari stimulus vestibular ini, akan berdampak pada perkembangan tonus otot, penguatan postural, (karena tubuh harus mempertahanan posisi tegak dan seimbang). Postural disini mencakup postur trunk (batang tubuh) yang mencakup otot-otot dada, punggung, perut serta postur neck yang mencakup otot area leher. Otot trunk ini, juga berperan dalam proses pernapasan. Jadi, semua komponen tersebut merupakan modal untuk produksi suara, yaitu dengan adanya kontrol postur (head/neck dan trunk ) yang stabil, menyebabkan rahang, serta otot-otot lain di area oral juga stabil dan kuat. Sehingga, oral motor dapat terkoordinasi saat berbicara. Selain itu, dengan penguatan otot trunk ini, maka proses pernapasan yang diperlukan untuk bicara juga jadi optimal.

Karena sistem vestibular mendeteksi gerakan yang dialami tubuh, sehingga, ia berperan besar dalam perkembangan motorik, berupa perencanaan motorik (motor planning). Jika anak mengalami masalah dalam merespon stimulus vestibular, berarti mereka mengalami kesulitan dalam perencanaan geraknya, baik gerakan motorik kasar, maupun motorik halus, termasuk motorik oral juga.


2. Untuk menafsirkan bunyi yang kita dengar ke dalam bentuk bahasa, memerlukan integrasi (penggabungan) antara bunyi dengan gerakan yang dilakukan. Seperti untuk memahami kata 'naik', 'turun',  perlu diikuti dengan pengalaman gerak naik dan turun juga. Anak biasanya akan meningkatkan kemampuan vokalisasi, dan  bahasa ekspresif saat terlibat aktifitas fisik, seperti berayun, berguling, lari, lompat.

3. Jika anak mengalami disfungsi pemrosesan sistem vestibular, seperti, merasa terancam, dan tidak nyaman saat mengalami perubahan posisi tubuh (misal, berada di permukaan yang lebih tinggi, tidak stabil, tidak menapak di tanah) maka, kondisi ini akan menimbulkan kecemasan pada anak, yang membuatnya sulit menerima, dan memproses input suara yang ada. Itulah, kenapa ada anak yang terlihat takut saat ada suara keras karena memang anak itu juga ternyata, over responsive terhadap stimulus vestibular, dan ada juga yang nampak cuek terhadap input auditori/suara yang masuk, hal itu karena ia juga kurang merespon sensasi terhadap perubahan posisi dan pergerakan yang dialami tubuhnya.
Kedua kondisi tersebut, over dan under respon sama-sama memiliki masalah atau kegagalan dalam memproses input auditori khususnya bahasa.


Sistem Sensori Vestibular


Vestibular adalah salah satu jenis dari sensori primer yang memiliki reseptor di telinga bagian dalam.
Sistem vestibular ini memberi informasi ke otak mengenai persepsi tubuh kita di dalam ruang, atau posisi tubuh dalam ruang . Ada dimana kita? Atas atau bawah?, Apakah posisi tubuh kita dalam keadaan tegap? Dimana posisi tubuh dan kepala kita terkait dengan permukaan bumi? Sehingga sensori inilah yang memberi informasi terkait posisi tubuh terhadap gravitasi bumi.

 Selain itu, juga memberi kita informasi apakah kita sedang bergerak atau tidak, cepat atau lambat pergerakannya dan kemana arahnya? Depan, belakang, atau samping.

Apa yang menstimulasi sensori vestibular? Gravitasi!
Reseptor di bagian dalam telinga menerima stimulus dalam bentuk getaran, dan  getaran yang masuk itu bisa berasal dari gerakan atau suara.

Gerakan tubuh dipengaruhi oleh gravitasi, karena kita selalu menyesuaikan gerakan dan posisi tubuh dengan gravitasi sehingga kita mampu  menyesuaikan dan mengatur postur tubuh untuk tetap tegak, seimbang. Serta menyadari dimana posisi tubuh kita, termasuk kepala dan leher terhadap gravitasi, (searah atau melawan gravitasi bumi).

Dr.Ayres mengatakan bahwa, sistem vestibular adalah pemersatu seluruh sistem, karena sistem ini memberi hubungan dasar seseorang dengan gravitasi, dan dunia fisik. Sehingga, sistem ini menjadi sistem utama, pokok, yang mana sistem sensori lain yang bekerja nantinya, akan merujuk pada sistem vestibular ini. 

Sistem vestibular akan berpengaruh terhadap perkembangan eye movement. Kemampuan untuk dapat menstabilisasi mata agar fokus pada satu objek saat kita bergerak, atau mampu fokus pada objek di sekitar kita yang sedang bergerak atau diam bersamaan dengan posisi kita yang juga sedang diam atau bergerak. 

Jadi kita harus memproses sistem vestibular secara akurat, untuk mampu menghasilkan kemampuan visual yang baik, mempersiapkan postur, dan mempertahankan keseimbangan tubuh. Selain itu, juga mengembangkan kemampuan perencanaan  gerak, yaitu dengan menghasilkan tonus otot, sehingga berpengaruh pada kualitas gerakan yang halus dan efsien. Hal itu karena, agar dapat mengontrol gerakan tubuh, maka harus memiliki kestabilan di bagian pusat (batang tubuh), sehingga kepala, dan anggota tubuh lain dapat bergerak. 
Sistem vestibular ini pun, ternyata juga membantu kita dalam menenangkan diri, dan mengontrol perilaku. 

Stimulasi vestibular memberi informasi dan pengalaman mengenai berbagai macam arah gerakan, seperti gerakan linear, (back and forth, side to side, up and down) baik yang kita lakukan secara dinamis maupun statis, dan gerakan rotasi.
Sistem ini memberi efek menenangkan, misal, dalam kondisi tubuh statis, seperti saat kita main ayunan, duduk di kursi goyang. Stimulasi dengan media tersebut, tidak memberi challenge terhadap gravitasi (karena gerakannya lambat dan konsisten), sehingga memberi efek yang menenangkan. Lain halnya, dengan saat kita meluncur di perosotan, atau berayun dengan kecepatan ekstrim.



Vestibular memiliki fungsi diskriminatif dan protektif. Protektif, berarti mampu mempertahankan posisi tubuh tetap seimbang dan stabil. Diskriminatif, mampu membedakan berbagai sensasi gerakan, baik dari arah gerakannya, yaitu linear (segaris/ lurus), atau rotasi (berputar), serta dari laju geraknya, yaitu cepat atau lambat.

Setiap anak harus mendapatkan stimulasi vestibular untuk memperkaya informasi  yang akan diserap otak sebagai bentuk pembelajaran untuknya agar mampu mengenal dan merespon stimulus di lingkungan dengan baik.


Minggu, 09 Februari 2020

Visual Impairment in Autism

Assalamu'alaikum...Udah lama tidak menulis lagi di blog 😊

Baik...langsung aja, kali ini aku mau sharing ilmu yang (lagi-lagi) terkait dengan gangguan perkembangan anak yaitu Autism atau ASD.

Sering kita melihat beberapa perilaku abnormal anak-anak dengan autism diantaranya, hand flapping, biting, head banging dan visual stimming.
Yang mana perilaku itu merupakan bentuk regulasi diri (usaha untuk mengontrol diri) agar tetap tenang dalam merespon input sensori namun secara tidak adaptif. Dan yang mau aku bahas yaitu mengenai gangguan visual pada anak autism. Apa yang aku tulis disini berdasarkan website yang aku baca yaitu 'Treat Autism' nanti aku kasih link nya di akhir tulisan ya...

Jadi umumnya anak dengan autism pasti mengalami masalah visual terkait kontak mata, melirik (side glancing), melihat suatu objek, bahkan telapak tangannya sendiri tepat di hadapannya secara berulang-ulang (visual stimming) padahal objek yang dilihat tidak terlalu menarik bagi anak-anak lain.

Jadi hal itu terjadi karena anak-anak ASD mengalami penurunan pasokan energi pada saraf visualnya. Padahal otak menggunakan 40% energinya untuk proses visual. Sehingga menyebabkan anak dengan ASD mengalami visual impairment.

Dari penelitian Dr.Meg Megson, visual deficit pada anak dengan ASD terkait dengan kerusakan pada G protein yang diakibatkan oleh kerusakan pada membran sel  dan mitokondria yang disebabkan oleh toxin. Kerusakan tersebut berdampak pada penurunan fungsi yang menyebabkan gangguan pada motor planning. Jadi Diperlukan Biomedical Treatment untuk mengatasinya.

Anak-anak dengan ASD kesulitan menyerap informasi secara visual karena hal-hal tersebut. Gangguan yang terlihat seperti visual stimming, side glancing, poor eye contact dan gangguan visual integration/ visual motor planning. 

Selain itu 90 %  anak ASD mengalami masalah metilasi. Metilasi ini adalah proses produksi mielin, yang diperlukan untuk membungkus bagian saraf yaitu, akson yang berperan untuk menghantarkan sinyal.

Jika metilasi terganggu maka proses pembuatan mielin (mielinasi) jadi terhambat dan tertunda.


Biomedical Treatment untuk kontak mata termasuk:

1. Methyl B12 injection
2. Cod liver oil containing natural vit A
3. Dietary intervention
4. High dose fat soluble vitamins
5. omega 3 and 6 fatty acid
6. Carnitine
7. Phospatdylcholine


sumber : http://treatautism.ca/eye-contact-side-glancing-visual-autism/


Sebenarnya aku belum tau apa di Indonesia ini penangangan secara biomedik pada anak ASD udah banyak diberikan atau belum. Tapi yang jelas aku salah satu yang percaya bahwa diet pada anak ASD sangat berpengaruh meski banyak dokter-dokter spesialis tumbuh kembang, psikiater anak yang menganggap konsumsi makanan tidak ada kaitannya...













Senin, 25 September 2017

Vision (part 1)

Vision jika ditafsirkan adalah penglihatan. Bisa disebut juga dengan visual. Salah satu panca indra yang dimiliki makhluk hidup khusunya manusia. Dari suatu sumber yang ku baca, sebelum terjadi evolusi makhluk hidup lebih mengandalkan indra penciumannya. Hal itu masih terlihat hingga sekarang dimana indra penciuman nampak begitu krusial untuk beberapa hewan. Namun, kini muncullah pendatang baru bernama vision atau visual. Indra ini kini mejadi sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Dengan vision manusia dapat mengetahui dimana ia berada, apa yang sedang terjadi di lingkungan sekitarnya, dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masa kini.

Fakta menarik mengenai vision:

1. 80% informasi yang kita dapatkan berasal dari input yg masuk melalui visual
2. 80% vision bertanggung jawab terhadap apa yang kita lihat dan 20 % bertanggung jawab terhadap dimana  dan bagaimana kita melihat informasi tersebut

3. 66 2/3 % aktivitas tak dihususkan untuk memproses input visual ketika mata kita terbuka. 3 miliar impuls masuk ke sistem saraf pusat yang kita miliki, 2 miliar diantaranya berupa impuls visual

4. 93% komunikasi manusia bersifat nonverbal. 55 persen cara komunikasi nonverbal itu adalah dengan melihat ekspresi wajah dan gestur tubuh.

5. 75-90% proses pembelajaran di kelas bergantung pada kemampuan visual

6. 90% masalah visual tidak pernah didiagnosa

7. 25 persen anak2 usia sekolah tidak terdiagnosa masalah visual

8. 75 persen remaja yang terlihat nakal memiliki masalah visual yang tidak terdiagnosa

Vision yaitu penglihatan tidak hanya sekadar melihat (sight). Kemampuan untuk melihat (sight) sudah kita dapatkan sejak lahir. Namun kemampuan dalam penglihatan (vision) berkembang seiring dengan pertumbuhan kita. Kita akan memahami apa yang kita lihat itulah yang dinamakan vision.

Bagaimana cara kita mengmbangkan vision? apakah hanyak duduk diam sambil melihat layar komputer atau gadget? Tentu tidak. Salah satu yang mendukung perkembangan vision adalah bergerak.
Dengan bergerak, berarti kita meregangkan dan mengontraksikan otot postural kita misalnya untuk berbaring baik tengkurap maupun telentang, sit up, berdiri dengan dua kaki. Selain itu juga pergerakan seperti bergerak mengitari benda, berpindah arah, posisi tubuh, kepala sama saja kita sedang memperkuat kemampuan visual kita. Kita memfasilitasi pergerakan mata kita saat kita bergerak.
Saat kita terlibat pada suatu aktivitas yang bertujuan maka koordinasi mata kita akan berkembang lebih baik.
Jadi pergerakan, keseimbangan, kontrol otot dan postur sangat diperlukan untuk perkembangan visual yang sesuai.

Selain pergerakan dan keseimbangan, Sentuhan juga berperan dalam perkembangan kemampuan visual. bayi menggunakan indra perabanya untuk mengeksplor suatu benda. Dia meraba , merasakan tekstur, bentuk suatu benda. Saat meraba dia juga melihat. Sehingga informasi didapatkan dari 2 indra tersebut. Saat anak melihat sebuah jeruk misalnya, ia akan menafsirkan bahwa itu adalah jeruk tanpa harus ia pegang lagi.
Pendengaran juga mempengaruhi vision/visual. Saat terdengar suara bantingan pintu, seseorang memanggil nama, maka penglihatan kita akan mencari sumber suara berada. Pendengaran juga merangsang proses visual kita terhadap apa yang sedang diucapkan, Contoh saat kita mendengar kata apel/ jeruk kita sudah dapat membayangkan seperti apa benda yang disebutkan tadi.

To be continue...

Minggu, 16 Juli 2017

Pentingnya Kemampuan Integrasi Bilateral untuk Kemampuan Akademik (membaca, menulis, problem solving, logical thinking)

Aku baru membaca artikel menarik, yaitu mengenai pentingnya kemampuan integrasi bilateral dalam perkembangan anak untuk kemampuan akademik seperti membaca, menulis, problem solving, logical thinking saat mereka tumbuh besar. Artikel yang kubaca nanti akan kucantumkan linknya ya.. 
Enjoy reading!

Manusia adalah bilateral animals yang memerlukan pergerakan bilateral dalam beraktivitas. Integrasi bilateral ini terjadi tidak hanya semata2 gerakan pada kedua tangan, kaki, mata tapi juga melibatkan pada dua sisi otak. Seorang anak harus mengembangkan kemampuan untuk mengkoordinasi 2 sisi tubuhnya dalam aktifitas yang melibatkan fine motor, gross motor, walking, logical thinking dan studying. Kemampuan ini berkembang sejak bayi hingg balita. Contoh saat usia 2 tahun anak akan menggunakan kedua tangannya untuk makan, memegang crayon untuk coret2 serta melompat di playground dengan kedua kakinya secara bersamaan.
Jika anak mendapatkan banyak stimulasi sensori dan motoriknya saat mereka bayi  hingga balita, maka otak akan matang secara bertahap dan transisi integrasi bilateral akan berjalan dengan lancar.
Kemudian anak akan membentuk dominansi. Dimana otak akan mengkhususkan diri pada satu sisi bagian otak dalam melakukan aktifitas tertentu. Tahap perkembangan integrasi bilateral ini akan beriringan dengan terbentuknya dominansi (laterality) pada tubuh.

Laterality 

Ini menggambarkan perubahan yang penting pada otak anak dimana muculnya suatu kesadaran akan perbedaan dan persamaan pada dua sisi tubuh. Otak mulai menunjukan bahwa satu sisi bagian tubuh lebih baik dalam melakukan suatu aktifitas tertentu dari pada sisi lain. Ini membetuk adanya sisi dominan dari tubuh yang dapat mencegah confusion in brain.

Otak dibagi kedalam 2 hemisfer (kanan dan kiri). Di awal anak akan lebih menggunakan sisi kanan otak (kreatifitas) daripada sisi kirinya. Namun saat mereka tumbuh besar sisi otak kiri lah yang lebih digunakan untuk menunjang kemampuannya dalam membaca, menulis dan logical thinking.

Bagaimana jika seorang anak menunjukan tanda-tanda Mixed dominance ? 

Mereka akan menggunakan kaki, mata, tangan telinga, mata pada kedua sisi secara bergantian saat beraktifitas. Mereka dapat memiliki mata kiri yang dominan tapi untuk tangan bagian kanan yang dominan (opposite dominance).

Walaupun tidak semua anak dengan mixed dominance memiliki tantangan dalam belajar, namun beberapa dari mereka mengalami kekacauan sistem kerja di otak saat dikaitkan dgn kemampuan belajar mereka.
Misalnya, informasi visual masuk melalui mata bagian kiri dan disimpan di otak bagian kanan, sedangkan seluruh infomasi auditori masuk melalui telinga kanan kemudian disimpan di otak bagian kiri. Pertanyaannya adalah bagaimana si anak dapat menerima dan menerjemahkan informasi yang berbeda?  Efeknya menurut Sally Goddard, akan terjadi kegagalan dalam mengirimkan informasi ke pusat yang paling efisien di otak. Kalau diasumsikan seperti memiliki 2 orang yang berada si satu mobil. Keduanya ingin menyetir namun keduanya juga ingin menavigasi.

5 Tahap perkembangan integrasi bilateral:

1. Symetrical Bilateral Integration (SBI)

Kedua sisi tubuh seperti bercermin. Melakukan gerakan secara bersamaan dengan arah dan watu yang juga bersamaan. Contohnya seperti seorang bayi yang memegang wajahnya dengan kedua tangan, bertepuk tangan, dan mengayunkan kaki mereka secara bersamaan. Saat asi bayi tumbuh lebih besar lagi dan menjadi lebih aktif,  mereka akan menerapkan SBI ini untuk aktifitas seperti lompat tali, menggunakan gilingan adonan (rolling pin), lompat bunny, menepuk bubbles dengan kedua tangan, memainkan alat musik seperti memukul sebuah drum dengan kedua tangan secara bersamaan.


2. Reciprocal Bilateral Integration (RBI)

Bentuk lain dalam gerakan bilateral dimana satu sisi tubuh memiliki gerakan yang berlawanan dengan sisi lain. Contoh kemampuan reciprocal pada bayi yaitu merangkak atau merayap. Mengayunkan tangan dan kaki saat berjalan juga termasuk RBI. Contoh aktifitas lainnya seperti memanjat, mengendarai sepeda, skipping, hopscoth, berenang.


3. Asymetrical Bilateral Integration (ABI)

Ini yang paling penting dan merupakan fase kritis dalam perkembangan integrasi bilateral pada anak.
Bentuk kemampuan bilateral ini yaitu kedua sisi tubuh melakukan tugas yang berbeda namun saling mendukung dalam menyelesaikan suatu aktifitas. Contoh dari aktifitas ini adalah menulis/mewarnai pada satu tangan dan tangan lain memegang kertas, mengoles selai ke roti, menggunting, meronce dll. Tangan dominan akan melakukan tugas utama sedangkan tangan non-dominan sebagai stabilisasi.



4. Crossing the midline

Setelah melewati fase dimana otak telah mampu untuk mengkoordinasi gerakan pada kedua sisi tubuh. Cross midline ini adalah suatu gerakan pada ekstremitas maupun alat indra yang melewati garis imajiner ubuh (garis tengah) yang membagi tubuh menjadi sisi kanan dan kiri.
Aktifitas yang membutuhkan kemampuan ini contohnya seperti dribble bola, menendang bola dengan secara menyilang, mengambil pensil yang terletak di sisi berlawanan, memukul bola dengan tongkat, menyentuh jari dengan gerakan yang berlawanan.


5. Bilateral development for academic Skill

Setelah melewati dan menyelesaikan tahapan perkembangan bilateral di atas, maka kemampuan bilateral ini akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan akademik. Contoh membaca. Saat membaca akan ada namanya visual tracking, dimana mata kita akan mengikuti sederet tulisan yang ada dari kiri ke kanan sebelum berpindah ke barisan baru. Ini membutuhkan kemampuan crossing midline pada mata. Jika anak mengalami kesulitan dalam crossing midline akibat ketidakmatangan perkembangan integrasi bilateral, maka akan membaca beberapa kata dari satu sisi kemudian berhenti sebentar untuk melanjutkan membaca di garis selanjutnya. Hal itu dikarenakan si anak tidak dapat melakukan crossing midline pada bola matanya.

Kegiatan menulis, mewarnai pun  juga membutuhkan kemampuan crossing midline. Jika tangan tidak dapat secara alami melakukan crossing midline, maka otak akan berhenti sebentar untuk memikirkan gerakan pengganti dari crossing midline.
Asymetrical bilateral juga dibutuhkan dalam melakukan aktifitas akademik seperti menulis.

Jadi  terjawab sudah dengan perkembangan integrasi bilateral yang baik sejak bayi maka akan sangat menunjang kemampuan akademik seperti membaca dan menulis nantinya. Otak kiri lebih terasah untuk kemampuan logical thinking karena terbentuknya dominance laterality  yang pada umumya di sisi kanan tubuh, yang dikendalikan bagian kiri otak. Otak dapat mengorganisir informasi karena hal tersebut.

Source:
http://ilslearningcorner.com/2016-05-bilateral-integration-stages-of-bilateral-integration-for-reading-writing-tracking-and-crossing-the-midline/

Sabtu, 15 Juli 2017

Praksis ????

Haloooo.......
Kembali lagi dengan saya, Deleda OT hihii
Kali ini aku mau posting suatu istilah yang pasti gak asing lagi bagi para okupasi terapis. Apa itu?? Praksis! yup! istilah yang cukup sering diungkit2 di dunia perterapian (halah)
Bagi yang bukan okupasi terapis jika menemukan postinganku ini jgn cepat beralih yaa...ini lumayan buat nambah pengetahuan kalian di dunia kesehetan. Apalagi buat para orang tua, wah.. ini cukup penting untuk diketahui secara ini berkaitan juga dengan masalah tumbuh kembang anak. 

So...apa yang aku tulis nanti gak 100% dari pemikiranku. Aku akan membahas praksis berdasarkan artikel yang aku baca dr web yang nanti aku cantumin linknya di akhir postingan..Karena berhubung artikel yang aku baca pakai bahasa inggris jadi ini bisa dibilang versi bahasa Indonesianya lah yaa...hehehe. Met baca!...

Praksis
Ini merupakan suatu bentuk proses untuk mendapatkan ide,  memulai dan menyelesaikan aktifitas motorik baru. Dimana ada praksis maka di situ ada motor planning. Motor planning dan praksis ini berbanding lurus. Untuk memiliki kemampuan praksis yang bagus dibutuhkan motor planning yang baik pula. Hal yang mendukung baik, buruknya praksis/ motor planning seseorang adalah kemampuan dalam mengintegrasi informasi2 yg masuk ke sistem sensori/ indra, baik indra perasa sentuhan, pendengaran, penglihatan, gerakan serta keseimbangan.
Dyspraxia berarti gangguan pada motor planning. Apraksia berarti motor planning hampir tidak bekerja. Individu dengan masalah motor planning akan mengalami kesulitan dibanding dengan individu lain dalam menyelesaikan suatu aktivitas motorik baru karena buruknya pemrosesan informasi yang masuk ke sistem sensori. Orang-orang yang mengalami masalah ini biasanya akan memperlihatkan sifat seperti keras kepala dan malas. 

Praksis dapat dikelompokan sebagai berikut:

Praksis terhadap perintah verbal:

Kemampuan untuk mengintegrasi kemampuan verbal beserta respon motoriknya. Misalnya, jika seorang anak diberikan instruksi, "Duduk dan ambil pensil!"
Di situ ia harus mendengar instruksi 2 tahap dan melakukan 2 motor aksi. Kesulitan dalam mengikuti instruksi atau arahan sering disalahartikan sebagai suatu gangguan perilaku yang disengaja pada anak.  Padahal anak tersebut memang mengalami kesulitan dalam menangkap dan menjalani instruksi tersebut.

Praksis postural:

Kemampuan untuk mengimitasi (menirukan) posisi tubuh. Individu dengan masalah ini akan mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan2 olah raga. Misalnya jika ada seorang instruktor berkata, "Pegang tongkat/ stik seperti ini!" maka orang dengan masalah postural praksis ini akan mengalamai keslitan dalam meposisikan tubuh mereka seperti yang dicontohkan. Seorang bayi yang mengalami masalah ini dapat 'stuck' di bawah meja saat merangkak karena kesulitan untuk mencari tahu bagaimana caranya untuk bisa keluar. Individu dengan gangguan ini akan seperti kayu alias kaku di lingkungan mereka. Tidak fleksibel.

Sequencing Praksis:

Kemampuan untuk mengikuti rangkaian gerakan jari dan tangan seperti yang diperagakan demonstran. Ini juga berguna untuk aktifitas seperti mengambil benda dari meja sekolah, bermain alat musik, mencetak dan membungkus hadiah.

Constructional Praksis :

Kemampuan anak untuk menghubungkan objek satu sama lain dalam ruang tiga dimensi. Ini juga melibatkan kemampuan visual spasial dan motor planning dalam melakukan suatu aktifitas seperti mereplikasi bentuk struktur blok sederhana maupun kompleks. Praksis jenis ini melibatkan ide, konseptualisasi, persepsi spasial, dan perencanaan. Pada anak2 aktifitas yang memerlukan kemampuan ini seperti bermain permainan konstruksi (balok, lego dll), membuat sandwich, menjahit sesuai pola,

Oral Praksis:

Kemampuan untuk merencanakan dan mengeksekusi gerakan lidah, rahang, dan mulut. Dengan adanya kemampuan ini seorang anak dapat berbicara dengan jelas. Selain itu aktifitas ini diperkukan untuk melakukan aktifitas oral seperti meniup, mengunyah, menelan.




Source:
http://www.way2grow.com/SIPTSubtestDescriptions.pdf
http://www.sensorysystemsclinic.com/Sensory%20Integration%20Vocabulary.htm

Kamis, 20 April 2017

Pekerjaanku, Cerminku

Hai....Selamat datang di blog Deleda....
Sebenarnya nulis blog udah lama siih dari jaman SMP. Blog ku ada banyak macam. Cuma gak keurus semua. Isinya juga kebanyakan curhatan (namanya juga blog) :D

Ok...Jadii aku sebanrnya lagi ngisi waktu senggang aja sekaligus ngilangin bosen saat nulis postingan ini.

Kenapa judulnya Pekerjaanku, Cerminku ??...
Ya...karena aku mau berbagi apa yang aku dapatkan selama menekuni pekerjaan ku saat ini.

Kalau sebelum2nya aku menulis blog saat status ku masih seorang pelajar, maka kali ini adalah postingan pertamaku disaat statusku berubah menjadi "pekerja" ;)
Apa sih kerjaan ku?....
Aku ini adalah seorang okupasi terapis
Apaan tuh??  (googling aja yaa.. hehehehe)
Pasti agak asing kan dengan profesi ini? Ya itu pun yang aku rasakan selama 3 tahun belakang ini haha....


Intinya pekerjaan ku ini termasuk bagian dari tenaga kesehatan yang mana berkaitan dengan manusia. Pekerjaan ku merupakan bidang jasa yang membantu manusia2  yang mengalami masalah dalam dirinya. Manusia yang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Aku ada dan dididik untuk menangani mereka yang membutuhkan bantuanku.. (aseek)

Ya..sebagaimana peran dokter yang membantu menyembuhkan pasien2 dari berbagai penyakit dengan segala macam treatment atau pengobatan yang diberikan. Begitu juga denganku . Aku berurusan dengan klien2 atau pasien2 yang membutuhkan bantuanku karena penyakit/ kelainan yang diderita mereka membuat mereka sulit untuk menjalani aktifitas kesehariannya. Okupasi terapi disingkat OT adalah terapi yang memberikan pelayanan ke segala usia. Dari bayi hingga lansia. Dengan berbagai keluhan baik kelainan secara fisik maupun mental.

Kini....aku berkecimpung di dunia anak. Ya...bisa dibilang aku adalah OT spesialis bidang anak karena yang aku kerjakan saat ini ialah memberi pelayanan kepada anak2.

Anak-Anak seperti apa?? Apa pekerjaanmu seperti guru TK/play group?

Ya....hampir mirip nuansanya seperti guru  TK yang selalu bertemu anak2 yang lucu dan menggemaskan.
Namun, anak2 yang kutemui adalah anak2 yang mungkin jarang dijumpai di TK/play group pada umumnya. Mereka adalah anak2 spesial. Anak2 yang butuh perhatian dan penanganan khusus. Sehingga mereka butuh penganan one on one.

Biasanya ciri khas mereka itu seperti sulit untuk berkomunikasi, cuek dengan lingkungan sekitar atau malah terlalu cemas dengan lingkungan sekitar, sulit mengikuti instruksi, sulit membangun kontak mata, sulit dalam pergerakan secara motorik dan sulit belajar. Sebenarnya masih banyak lagi, tapi itu sebagian besarnya.

Ok..kembali kita kaitkan lagi dengan judul "Pekerjaanku, Cerminku".
Jadi aku bekerja untuk membantu anak2 spesial itu tetap maju, mengejar perkembangannya yang tertinggal dengan anak2 seusianya pada umumnya. Banyak aspek yang ku tanamkan pada mereka supaya mereka dapat beradaptasi di lingkungannya. Aspek secara bagaimana mereka memproses informasi yang masuk ke indra mereka, bagaimana mereka menghadapi situasi baru, menghadapi orang-orang baru, berinteraksi, menyelesaikan masalah/tugas, mengontrol emosi. Aku bukan seorang expert di bidang ini aku juga masih dalam tahap belajar secara aku masih fresh graduate lah yaa...

Tapi hikmah yang kuambil dari apa yang kukerjakan ini  adalah bahwa manusia dilahirkan untuk tumbuh dan berkembang menjadi sesosok yang dapat menghadapi dunia tempat ia dilahirkan. Mereka berkembang untuk belajar mengenal lingkungan sekitar, mereka berkembang untuk dapat memproses informasi yang diterima, mereka berkembang untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi, mereka berkembang untuk menjadi mandiri, mereka berkembang untuk dapat mengontrol emosi, mereka berkembang untuk dapat memikul tanggung jawab.

Yaa...mungkin kata2 itu sudah familiar biasa didapatkan dari nasihat2  didikan orang tua. Tapi entahlah aku merasa makna itu sangat dalam saat aku sendiri secara langsung menjadikan hal2 itu sebagai goals yang harus aku perjuangkan untuk anak spesial itu.

Ingat, mereka adalah anak2 spesial. Banyak kalangan yang tidak terima jika mereka dikatakan 'tidak normal'. Tapi kalo menurutku sih kata 'tidak normal' itu tidak salah juga,karena mereka berkembang  tidak sesuai dengan usianya.

Rasanya melihat mereka sudah bisa menjalin kontak mata dengan kita, membalas ekspresi wajah kita, menjawab pertanyaan kita walau hanya satu dua kata, patuh terhadap instruksi kita, mau menyapa dan berkenalan dengan teman atau orang lain,  mampu mengedalikan emosi dengan tidak mudah nangis, marah, berteriak atau tantrum itu seperti kebahagiaan dan kepuasan tersendiri bagi seorang terapis sepertiku.
.
Kemudian....akupun bercermin terhadap diri sendiri
Bagaimana denganku? Apakah aku sudah benar2 mencapai goal2 perkembanganku hingga mencapai usia saat ini? Setidaknya, apakah aku sudah seperti orang-orang lain seusiaku?  Baik dari aspek tangging jawab, kemampuan berinteraksi, pengendalian emosi, kemampuan adapatasi dan percaya diri. Apakah aku sudah mencapai hal2 itu sebagaimana mestinya? Rasanya...akupun merasa banyak yang perlu diperbaiki dalam diriku, Aku kini sudah memasuki usia dewasa muda yang mana harus mencapai goals kedewasaan yang seharusnya. Ku rasa belum semua tercapai.

Rasanya aku memang perlu bercermin dan memperbaiki diri secara bertahap seiring membantu anak2 tersebut untuk mencapai apa yang harus dipenuhinya untuk menjalani hidup.

Jadi sembari memberikan terapi pada anak2 spesial sambil menerapi diri sendiri juga. :))

Sekian,

Deleda Freizia