Untuk bisa mencapai kemampuan bicara dan bahasa yang baik, sudah dipastikan harus memiliki perkembangan proses sensori dan motorik yang baik pula, karena itu adalah fondasi.
Anak harus mendapatkan banyak pengalaman sensori selama masa tumbuh kembangnya, bahkan sejak awal kelahiran. Dari pengalaman sensori yang didapat, maka anak akan belajar bagaimana cara merespon terhadap stimulus-stimulus di lingkungan yang sedang atau yang akan dihadapi. Contohnya, anak akan belajar untuk merespon bagaimana cara mempertahankan posisi tubuh atau keseimbangan di berbagai bidang permukaan, mengontrol gerakan, mampu mentolerir perubahan suhu, bermacam tekstur yang dirasakan, dan mampu mentolerir berbagai perubahan posisi tubuh terhadap gravitasi. Sehingga, secara keseluruhan, anak akan mampu beradaptasi terhadap perubahan situasi, kondisi dan tantangan yang ada di lingkungan.
Pada postingan ku sebelumnya, sudah membahas salah satu sistem sensori pokok, yaitu vestibular. Sensori ini memiliki pengaruh pada perkembangan bicara dan bahasa anak.
Perkembangan bicara dan bahasa terjadi karena di awali dengan adanya stimulus dari auditori. Ternyata, sebelum sistem auditori ini berkembang, ada sistem sensori yang sudah berkembang lebih dulu, salah satunya ialah Vestibular.
Reseptor sensori auditori dan vestibular ini sama-sama berada di telinga bagian dalam.
Auditori----> Koklea
Vestibular---> Semicircular canals
Keduanya juga sama-sama menerima stimulus getaran. Kalau Auditori dari getaran suara. Vestibular dari getaran yang dihasilakan oleh pergerakan.
Keterkaitan vestibular dengan perkembangan bicara dan bahasa pada anak:
1. Respon tubuh yang dihasilkan dari stimulus vestibular ini, akan berdampak pada perkembangan tonus otot, penguatan postural, (karena tubuh harus mempertahanan posisi tegak dan seimbang). Postural disini mencakup postur trunk (batang tubuh) yang mencakup otot-otot dada, punggung, perut serta postur neck yang mencakup otot area leher. Otot trunk ini, juga berperan dalam proses pernapasan. Jadi, semua komponen tersebut merupakan modal untuk produksi suara, yaitu dengan adanya kontrol postur (head/neck dan trunk ) yang stabil, menyebabkan rahang, serta otot-otot lain di area oral juga stabil dan kuat. Sehingga, oral motor dapat terkoordinasi saat berbicara. Selain itu, dengan penguatan otot trunk ini, maka proses pernapasan yang diperlukan untuk bicara juga jadi optimal.
Karena sistem vestibular mendeteksi gerakan yang dialami tubuh, sehingga, ia berperan besar dalam perkembangan motorik, berupa perencanaan motorik (motor planning). Jika anak mengalami masalah dalam merespon stimulus vestibular, berarti mereka mengalami kesulitan dalam perencanaan geraknya, baik gerakan motorik kasar, maupun motorik halus, termasuk motorik oral juga.
2. Untuk menafsirkan bunyi yang kita dengar ke dalam bentuk bahasa, memerlukan integrasi (penggabungan) antara bunyi dengan gerakan yang dilakukan. Seperti untuk memahami kata 'naik', 'turun', perlu diikuti dengan pengalaman gerak naik dan turun juga. Anak biasanya akan meningkatkan kemampuan vokalisasi, dan bahasa ekspresif saat terlibat aktifitas fisik, seperti berayun, berguling, lari, lompat.
3. Jika anak mengalami disfungsi pemrosesan sistem vestibular, seperti, merasa terancam, dan tidak nyaman saat mengalami perubahan posisi tubuh (misal, berada di permukaan yang lebih tinggi, tidak stabil, tidak menapak di tanah) maka, kondisi ini akan menimbulkan kecemasan pada anak, yang membuatnya sulit menerima, dan memproses input suara yang ada. Itulah, kenapa ada anak yang terlihat takut saat ada suara keras karena memang anak itu juga ternyata, over responsive terhadap stimulus vestibular, dan ada juga yang nampak cuek terhadap input auditori/suara yang masuk, hal itu karena ia juga kurang merespon sensasi terhadap perubahan posisi dan pergerakan yang dialami tubuhnya.
Kedua kondisi tersebut, over dan under respon sama-sama memiliki masalah atau kegagalan dalam memproses input auditori khususnya bahasa.
2. Untuk menafsirkan bunyi yang kita dengar ke dalam bentuk bahasa, memerlukan integrasi (penggabungan) antara bunyi dengan gerakan yang dilakukan. Seperti untuk memahami kata 'naik', 'turun', perlu diikuti dengan pengalaman gerak naik dan turun juga. Anak biasanya akan meningkatkan kemampuan vokalisasi, dan bahasa ekspresif saat terlibat aktifitas fisik, seperti berayun, berguling, lari, lompat.
3. Jika anak mengalami disfungsi pemrosesan sistem vestibular, seperti, merasa terancam, dan tidak nyaman saat mengalami perubahan posisi tubuh (misal, berada di permukaan yang lebih tinggi, tidak stabil, tidak menapak di tanah) maka, kondisi ini akan menimbulkan kecemasan pada anak, yang membuatnya sulit menerima, dan memproses input suara yang ada. Itulah, kenapa ada anak yang terlihat takut saat ada suara keras karena memang anak itu juga ternyata, over responsive terhadap stimulus vestibular, dan ada juga yang nampak cuek terhadap input auditori/suara yang masuk, hal itu karena ia juga kurang merespon sensasi terhadap perubahan posisi dan pergerakan yang dialami tubuhnya.
Kedua kondisi tersebut, over dan under respon sama-sama memiliki masalah atau kegagalan dalam memproses input auditori khususnya bahasa.
Wahhh sangat membantu miss.. Tambahin link/ sumber nya miss ❤
BalasHapus