Senin, 15 Juni 2020

Pengaruh Vestibular dengan Perkembangan Bicara dan Bahasa

Saat ku praktek sebagai okupasi terapis di beberapa klinik tumbuh kembang, klien atau orang tua paling sering mengeluhkan masalah perkembangan bicara dan bahasa anak. Tanpa menyadari bahwa anaknya  memiliki gangguan pada komponen perkembangan yang akhirnya berpengaruh ke kemampuan bicara dan bahasanya. Misalnya, gangguan pada proses sensori. Atau, anak telah mendapat label diagnosa tertentu seperti autism, down syndrome, GDD, mental retardasi dsb, yang sudah pasti mempengaruhi kemampuan verbal anak. Memang, anak-anak yang mengalami gangguan perkembangan itu, yang paling terlihat outputnya adalah kemampuan bicara dan bahasanya.

Untuk bisa mencapai kemampuan bicara dan bahasa yang baik, sudah dipastikan harus memiliki perkembangan proses sensori dan motorik yang baik pula, karena itu adalah  fondasi. 

Anak harus mendapatkan banyak pengalaman sensori selama masa tumbuh kembangnya, bahkan sejak awal kelahiran. Dari pengalaman sensori yang didapat, maka anak akan belajar bagaimana cara merespon terhadap stimulus-stimulus di lingkungan yang sedang atau yang akan dihadapi. Contohnya, anak akan belajar untuk merespon bagaimana cara mempertahankan posisi tubuh atau keseimbangan di berbagai bidang permukaan, mengontrol gerakan, mampu mentolerir perubahan suhu, bermacam tekstur yang dirasakan, dan mampu mentolerir berbagai perubahan posisi tubuh terhadap gravitasi. Sehingga, secara keseluruhan, anak akan mampu beradaptasi terhadap perubahan situasi, kondisi dan tantangan yang ada di lingkungan.

Pada postingan ku sebelumnya, sudah membahas salah satu sistem sensori pokok, yaitu vestibular. Sensori ini memiliki pengaruh pada perkembangan bicara dan bahasa anak.

Perkembangan bicara dan bahasa terjadi karena di awali dengan adanya stimulus dari auditori.  Ternyata, sebelum sistem auditori ini berkembang, ada sistem sensori yang sudah berkembang lebih dulu, salah satunya ialah Vestibular.
Reseptor sensori auditori dan vestibular ini sama-sama berada di telinga bagian dalam. 
Auditori----> Koklea
Vestibular---> Semicircular canals
Keduanya juga sama-sama menerima stimulus getaran. Kalau Auditori dari getaran suara. Vestibular dari getaran yang dihasilakan oleh pergerakan.

Keterkaitan vestibular dengan perkembangan bicara dan bahasa pada anak:

1. Respon tubuh yang dihasilkan dari stimulus vestibular ini, akan berdampak pada perkembangan tonus otot, penguatan postural, (karena tubuh harus mempertahanan posisi tegak dan seimbang). Postural disini mencakup postur trunk (batang tubuh) yang mencakup otot-otot dada, punggung, perut serta postur neck yang mencakup otot area leher. Otot trunk ini, juga berperan dalam proses pernapasan. Jadi, semua komponen tersebut merupakan modal untuk produksi suara, yaitu dengan adanya kontrol postur (head/neck dan trunk ) yang stabil, menyebabkan rahang, serta otot-otot lain di area oral juga stabil dan kuat. Sehingga, oral motor dapat terkoordinasi saat berbicara. Selain itu, dengan penguatan otot trunk ini, maka proses pernapasan yang diperlukan untuk bicara juga jadi optimal.

Karena sistem vestibular mendeteksi gerakan yang dialami tubuh, sehingga, ia berperan besar dalam perkembangan motorik, berupa perencanaan motorik (motor planning). Jika anak mengalami masalah dalam merespon stimulus vestibular, berarti mereka mengalami kesulitan dalam perencanaan geraknya, baik gerakan motorik kasar, maupun motorik halus, termasuk motorik oral juga.


2. Untuk menafsirkan bunyi yang kita dengar ke dalam bentuk bahasa, memerlukan integrasi (penggabungan) antara bunyi dengan gerakan yang dilakukan. Seperti untuk memahami kata 'naik', 'turun',  perlu diikuti dengan pengalaman gerak naik dan turun juga. Anak biasanya akan meningkatkan kemampuan vokalisasi, dan  bahasa ekspresif saat terlibat aktifitas fisik, seperti berayun, berguling, lari, lompat.

3. Jika anak mengalami disfungsi pemrosesan sistem vestibular, seperti, merasa terancam, dan tidak nyaman saat mengalami perubahan posisi tubuh (misal, berada di permukaan yang lebih tinggi, tidak stabil, tidak menapak di tanah) maka, kondisi ini akan menimbulkan kecemasan pada anak, yang membuatnya sulit menerima, dan memproses input suara yang ada. Itulah, kenapa ada anak yang terlihat takut saat ada suara keras karena memang anak itu juga ternyata, over responsive terhadap stimulus vestibular, dan ada juga yang nampak cuek terhadap input auditori/suara yang masuk, hal itu karena ia juga kurang merespon sensasi terhadap perubahan posisi dan pergerakan yang dialami tubuhnya.
Kedua kondisi tersebut, over dan under respon sama-sama memiliki masalah atau kegagalan dalam memproses input auditori khususnya bahasa.


Sistem Sensori Vestibular


Vestibular adalah salah satu jenis dari sensori primer yang memiliki reseptor di telinga bagian dalam.
Sistem vestibular ini memberi informasi ke otak mengenai persepsi tubuh kita di dalam ruang, atau posisi tubuh dalam ruang . Ada dimana kita? Atas atau bawah?, Apakah posisi tubuh kita dalam keadaan tegap? Dimana posisi tubuh dan kepala kita terkait dengan permukaan bumi? Sehingga sensori inilah yang memberi informasi terkait posisi tubuh terhadap gravitasi bumi.

 Selain itu, juga memberi kita informasi apakah kita sedang bergerak atau tidak, cepat atau lambat pergerakannya dan kemana arahnya? Depan, belakang, atau samping.

Apa yang menstimulasi sensori vestibular? Gravitasi!
Reseptor di bagian dalam telinga menerima stimulus dalam bentuk getaran, dan  getaran yang masuk itu bisa berasal dari gerakan atau suara.

Gerakan tubuh dipengaruhi oleh gravitasi, karena kita selalu menyesuaikan gerakan dan posisi tubuh dengan gravitasi sehingga kita mampu  menyesuaikan dan mengatur postur tubuh untuk tetap tegak, seimbang. Serta menyadari dimana posisi tubuh kita, termasuk kepala dan leher terhadap gravitasi, (searah atau melawan gravitasi bumi).

Dr.Ayres mengatakan bahwa, sistem vestibular adalah pemersatu seluruh sistem, karena sistem ini memberi hubungan dasar seseorang dengan gravitasi, dan dunia fisik. Sehingga, sistem ini menjadi sistem utama, pokok, yang mana sistem sensori lain yang bekerja nantinya, akan merujuk pada sistem vestibular ini. 

Sistem vestibular akan berpengaruh terhadap perkembangan eye movement. Kemampuan untuk dapat menstabilisasi mata agar fokus pada satu objek saat kita bergerak, atau mampu fokus pada objek di sekitar kita yang sedang bergerak atau diam bersamaan dengan posisi kita yang juga sedang diam atau bergerak. 

Jadi kita harus memproses sistem vestibular secara akurat, untuk mampu menghasilkan kemampuan visual yang baik, mempersiapkan postur, dan mempertahankan keseimbangan tubuh. Selain itu, juga mengembangkan kemampuan perencanaan  gerak, yaitu dengan menghasilkan tonus otot, sehingga berpengaruh pada kualitas gerakan yang halus dan efsien. Hal itu karena, agar dapat mengontrol gerakan tubuh, maka harus memiliki kestabilan di bagian pusat (batang tubuh), sehingga kepala, dan anggota tubuh lain dapat bergerak. 
Sistem vestibular ini pun, ternyata juga membantu kita dalam menenangkan diri, dan mengontrol perilaku. 

Stimulasi vestibular memberi informasi dan pengalaman mengenai berbagai macam arah gerakan, seperti gerakan linear, (back and forth, side to side, up and down) baik yang kita lakukan secara dinamis maupun statis, dan gerakan rotasi.
Sistem ini memberi efek menenangkan, misal, dalam kondisi tubuh statis, seperti saat kita main ayunan, duduk di kursi goyang. Stimulasi dengan media tersebut, tidak memberi challenge terhadap gravitasi (karena gerakannya lambat dan konsisten), sehingga memberi efek yang menenangkan. Lain halnya, dengan saat kita meluncur di perosotan, atau berayun dengan kecepatan ekstrim.



Vestibular memiliki fungsi diskriminatif dan protektif. Protektif, berarti mampu mempertahankan posisi tubuh tetap seimbang dan stabil. Diskriminatif, mampu membedakan berbagai sensasi gerakan, baik dari arah gerakannya, yaitu linear (segaris/ lurus), atau rotasi (berputar), serta dari laju geraknya, yaitu cepat atau lambat.

Setiap anak harus mendapatkan stimulasi vestibular untuk memperkaya informasi  yang akan diserap otak sebagai bentuk pembelajaran untuknya agar mampu mengenal dan merespon stimulus di lingkungan dengan baik.


Minggu, 09 Februari 2020

Visual Impairment in Autism

Assalamu'alaikum...Udah lama tidak menulis lagi di blog 😊

Baik...langsung aja, kali ini aku mau sharing ilmu yang (lagi-lagi) terkait dengan gangguan perkembangan anak yaitu Autism atau ASD.

Sering kita melihat beberapa perilaku abnormal anak-anak dengan autism diantaranya, hand flapping, biting, head banging dan visual stimming.
Yang mana perilaku itu merupakan bentuk regulasi diri (usaha untuk mengontrol diri) agar tetap tenang dalam merespon input sensori namun secara tidak adaptif. Dan yang mau aku bahas yaitu mengenai gangguan visual pada anak autism. Apa yang aku tulis disini berdasarkan website yang aku baca yaitu 'Treat Autism' nanti aku kasih link nya di akhir tulisan ya...

Jadi umumnya anak dengan autism pasti mengalami masalah visual terkait kontak mata, melirik (side glancing), melihat suatu objek, bahkan telapak tangannya sendiri tepat di hadapannya secara berulang-ulang (visual stimming) padahal objek yang dilihat tidak terlalu menarik bagi anak-anak lain.

Jadi hal itu terjadi karena anak-anak ASD mengalami penurunan pasokan energi pada saraf visualnya. Padahal otak menggunakan 40% energinya untuk proses visual. Sehingga menyebabkan anak dengan ASD mengalami visual impairment.

Dari penelitian Dr.Meg Megson, visual deficit pada anak dengan ASD terkait dengan kerusakan pada G protein yang diakibatkan oleh kerusakan pada membran sel  dan mitokondria yang disebabkan oleh toxin. Kerusakan tersebut berdampak pada penurunan fungsi yang menyebabkan gangguan pada motor planning. Jadi Diperlukan Biomedical Treatment untuk mengatasinya.

Anak-anak dengan ASD kesulitan menyerap informasi secara visual karena hal-hal tersebut. Gangguan yang terlihat seperti visual stimming, side glancing, poor eye contact dan gangguan visual integration/ visual motor planning. 

Selain itu 90 %  anak ASD mengalami masalah metilasi. Metilasi ini adalah proses produksi mielin, yang diperlukan untuk membungkus bagian saraf yaitu, akson yang berperan untuk menghantarkan sinyal.

Jika metilasi terganggu maka proses pembuatan mielin (mielinasi) jadi terhambat dan tertunda.


Biomedical Treatment untuk kontak mata termasuk:

1. Methyl B12 injection
2. Cod liver oil containing natural vit A
3. Dietary intervention
4. High dose fat soluble vitamins
5. omega 3 and 6 fatty acid
6. Carnitine
7. Phospatdylcholine


sumber : http://treatautism.ca/eye-contact-side-glancing-visual-autism/


Sebenarnya aku belum tau apa di Indonesia ini penangangan secara biomedik pada anak ASD udah banyak diberikan atau belum. Tapi yang jelas aku salah satu yang percaya bahwa diet pada anak ASD sangat berpengaruh meski banyak dokter-dokter spesialis tumbuh kembang, psikiater anak yang menganggap konsumsi makanan tidak ada kaitannya...