Minggu, 16 Juli 2017

Pentingnya Kemampuan Integrasi Bilateral untuk Kemampuan Akademik (membaca, menulis, problem solving, logical thinking)

Aku baru membaca artikel menarik, yaitu mengenai pentingnya kemampuan integrasi bilateral dalam perkembangan anak untuk kemampuan akademik seperti membaca, menulis, problem solving, logical thinking saat mereka tumbuh besar. Artikel yang kubaca nanti akan kucantumkan linknya ya.. 
Enjoy reading!

Manusia adalah bilateral animals yang memerlukan pergerakan bilateral dalam beraktivitas. Integrasi bilateral ini terjadi tidak hanya semata2 gerakan pada kedua tangan, kaki, mata tapi juga melibatkan pada dua sisi otak. Seorang anak harus mengembangkan kemampuan untuk mengkoordinasi 2 sisi tubuhnya dalam aktifitas yang melibatkan fine motor, gross motor, walking, logical thinking dan studying. Kemampuan ini berkembang sejak bayi hingg balita. Contoh saat usia 2 tahun anak akan menggunakan kedua tangannya untuk makan, memegang crayon untuk coret2 serta melompat di playground dengan kedua kakinya secara bersamaan.
Jika anak mendapatkan banyak stimulasi sensori dan motoriknya saat mereka bayi  hingga balita, maka otak akan matang secara bertahap dan transisi integrasi bilateral akan berjalan dengan lancar.
Kemudian anak akan membentuk dominansi. Dimana otak akan mengkhususkan diri pada satu sisi bagian otak dalam melakukan aktifitas tertentu. Tahap perkembangan integrasi bilateral ini akan beriringan dengan terbentuknya dominansi (laterality) pada tubuh.

Laterality 

Ini menggambarkan perubahan yang penting pada otak anak dimana muculnya suatu kesadaran akan perbedaan dan persamaan pada dua sisi tubuh. Otak mulai menunjukan bahwa satu sisi bagian tubuh lebih baik dalam melakukan suatu aktifitas tertentu dari pada sisi lain. Ini membetuk adanya sisi dominan dari tubuh yang dapat mencegah confusion in brain.

Otak dibagi kedalam 2 hemisfer (kanan dan kiri). Di awal anak akan lebih menggunakan sisi kanan otak (kreatifitas) daripada sisi kirinya. Namun saat mereka tumbuh besar sisi otak kiri lah yang lebih digunakan untuk menunjang kemampuannya dalam membaca, menulis dan logical thinking.

Bagaimana jika seorang anak menunjukan tanda-tanda Mixed dominance ? 

Mereka akan menggunakan kaki, mata, tangan telinga, mata pada kedua sisi secara bergantian saat beraktifitas. Mereka dapat memiliki mata kiri yang dominan tapi untuk tangan bagian kanan yang dominan (opposite dominance).

Walaupun tidak semua anak dengan mixed dominance memiliki tantangan dalam belajar, namun beberapa dari mereka mengalami kekacauan sistem kerja di otak saat dikaitkan dgn kemampuan belajar mereka.
Misalnya, informasi visual masuk melalui mata bagian kiri dan disimpan di otak bagian kanan, sedangkan seluruh infomasi auditori masuk melalui telinga kanan kemudian disimpan di otak bagian kiri. Pertanyaannya adalah bagaimana si anak dapat menerima dan menerjemahkan informasi yang berbeda?  Efeknya menurut Sally Goddard, akan terjadi kegagalan dalam mengirimkan informasi ke pusat yang paling efisien di otak. Kalau diasumsikan seperti memiliki 2 orang yang berada si satu mobil. Keduanya ingin menyetir namun keduanya juga ingin menavigasi.

5 Tahap perkembangan integrasi bilateral:

1. Symetrical Bilateral Integration (SBI)

Kedua sisi tubuh seperti bercermin. Melakukan gerakan secara bersamaan dengan arah dan watu yang juga bersamaan. Contohnya seperti seorang bayi yang memegang wajahnya dengan kedua tangan, bertepuk tangan, dan mengayunkan kaki mereka secara bersamaan. Saat asi bayi tumbuh lebih besar lagi dan menjadi lebih aktif,  mereka akan menerapkan SBI ini untuk aktifitas seperti lompat tali, menggunakan gilingan adonan (rolling pin), lompat bunny, menepuk bubbles dengan kedua tangan, memainkan alat musik seperti memukul sebuah drum dengan kedua tangan secara bersamaan.


2. Reciprocal Bilateral Integration (RBI)

Bentuk lain dalam gerakan bilateral dimana satu sisi tubuh memiliki gerakan yang berlawanan dengan sisi lain. Contoh kemampuan reciprocal pada bayi yaitu merangkak atau merayap. Mengayunkan tangan dan kaki saat berjalan juga termasuk RBI. Contoh aktifitas lainnya seperti memanjat, mengendarai sepeda, skipping, hopscoth, berenang.


3. Asymetrical Bilateral Integration (ABI)

Ini yang paling penting dan merupakan fase kritis dalam perkembangan integrasi bilateral pada anak.
Bentuk kemampuan bilateral ini yaitu kedua sisi tubuh melakukan tugas yang berbeda namun saling mendukung dalam menyelesaikan suatu aktifitas. Contoh dari aktifitas ini adalah menulis/mewarnai pada satu tangan dan tangan lain memegang kertas, mengoles selai ke roti, menggunting, meronce dll. Tangan dominan akan melakukan tugas utama sedangkan tangan non-dominan sebagai stabilisasi.



4. Crossing the midline

Setelah melewati fase dimana otak telah mampu untuk mengkoordinasi gerakan pada kedua sisi tubuh. Cross midline ini adalah suatu gerakan pada ekstremitas maupun alat indra yang melewati garis imajiner ubuh (garis tengah) yang membagi tubuh menjadi sisi kanan dan kiri.
Aktifitas yang membutuhkan kemampuan ini contohnya seperti dribble bola, menendang bola dengan secara menyilang, mengambil pensil yang terletak di sisi berlawanan, memukul bola dengan tongkat, menyentuh jari dengan gerakan yang berlawanan.


5. Bilateral development for academic Skill

Setelah melewati dan menyelesaikan tahapan perkembangan bilateral di atas, maka kemampuan bilateral ini akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan akademik. Contoh membaca. Saat membaca akan ada namanya visual tracking, dimana mata kita akan mengikuti sederet tulisan yang ada dari kiri ke kanan sebelum berpindah ke barisan baru. Ini membutuhkan kemampuan crossing midline pada mata. Jika anak mengalami kesulitan dalam crossing midline akibat ketidakmatangan perkembangan integrasi bilateral, maka akan membaca beberapa kata dari satu sisi kemudian berhenti sebentar untuk melanjutkan membaca di garis selanjutnya. Hal itu dikarenakan si anak tidak dapat melakukan crossing midline pada bola matanya.

Kegiatan menulis, mewarnai pun  juga membutuhkan kemampuan crossing midline. Jika tangan tidak dapat secara alami melakukan crossing midline, maka otak akan berhenti sebentar untuk memikirkan gerakan pengganti dari crossing midline.
Asymetrical bilateral juga dibutuhkan dalam melakukan aktifitas akademik seperti menulis.

Jadi  terjawab sudah dengan perkembangan integrasi bilateral yang baik sejak bayi maka akan sangat menunjang kemampuan akademik seperti membaca dan menulis nantinya. Otak kiri lebih terasah untuk kemampuan logical thinking karena terbentuknya dominance laterality  yang pada umumya di sisi kanan tubuh, yang dikendalikan bagian kiri otak. Otak dapat mengorganisir informasi karena hal tersebut.

Source:
http://ilslearningcorner.com/2016-05-bilateral-integration-stages-of-bilateral-integration-for-reading-writing-tracking-and-crossing-the-midline/

Sabtu, 15 Juli 2017

Praksis ????

Haloooo.......
Kembali lagi dengan saya, Deleda OT hihii
Kali ini aku mau posting suatu istilah yang pasti gak asing lagi bagi para okupasi terapis. Apa itu?? Praksis! yup! istilah yang cukup sering diungkit2 di dunia perterapian (halah)
Bagi yang bukan okupasi terapis jika menemukan postinganku ini jgn cepat beralih yaa...ini lumayan buat nambah pengetahuan kalian di dunia kesehetan. Apalagi buat para orang tua, wah.. ini cukup penting untuk diketahui secara ini berkaitan juga dengan masalah tumbuh kembang anak. 

So...apa yang aku tulis nanti gak 100% dari pemikiranku. Aku akan membahas praksis berdasarkan artikel yang aku baca dr web yang nanti aku cantumin linknya di akhir postingan..Karena berhubung artikel yang aku baca pakai bahasa inggris jadi ini bisa dibilang versi bahasa Indonesianya lah yaa...hehehe. Met baca!...

Praksis
Ini merupakan suatu bentuk proses untuk mendapatkan ide,  memulai dan menyelesaikan aktifitas motorik baru. Dimana ada praksis maka di situ ada motor planning. Motor planning dan praksis ini berbanding lurus. Untuk memiliki kemampuan praksis yang bagus dibutuhkan motor planning yang baik pula. Hal yang mendukung baik, buruknya praksis/ motor planning seseorang adalah kemampuan dalam mengintegrasi informasi2 yg masuk ke sistem sensori/ indra, baik indra perasa sentuhan, pendengaran, penglihatan, gerakan serta keseimbangan.
Dyspraxia berarti gangguan pada motor planning. Apraksia berarti motor planning hampir tidak bekerja. Individu dengan masalah motor planning akan mengalami kesulitan dibanding dengan individu lain dalam menyelesaikan suatu aktivitas motorik baru karena buruknya pemrosesan informasi yang masuk ke sistem sensori. Orang-orang yang mengalami masalah ini biasanya akan memperlihatkan sifat seperti keras kepala dan malas. 

Praksis dapat dikelompokan sebagai berikut:

Praksis terhadap perintah verbal:

Kemampuan untuk mengintegrasi kemampuan verbal beserta respon motoriknya. Misalnya, jika seorang anak diberikan instruksi, "Duduk dan ambil pensil!"
Di situ ia harus mendengar instruksi 2 tahap dan melakukan 2 motor aksi. Kesulitan dalam mengikuti instruksi atau arahan sering disalahartikan sebagai suatu gangguan perilaku yang disengaja pada anak.  Padahal anak tersebut memang mengalami kesulitan dalam menangkap dan menjalani instruksi tersebut.

Praksis postural:

Kemampuan untuk mengimitasi (menirukan) posisi tubuh. Individu dengan masalah ini akan mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan2 olah raga. Misalnya jika ada seorang instruktor berkata, "Pegang tongkat/ stik seperti ini!" maka orang dengan masalah postural praksis ini akan mengalamai keslitan dalam meposisikan tubuh mereka seperti yang dicontohkan. Seorang bayi yang mengalami masalah ini dapat 'stuck' di bawah meja saat merangkak karena kesulitan untuk mencari tahu bagaimana caranya untuk bisa keluar. Individu dengan gangguan ini akan seperti kayu alias kaku di lingkungan mereka. Tidak fleksibel.

Sequencing Praksis:

Kemampuan untuk mengikuti rangkaian gerakan jari dan tangan seperti yang diperagakan demonstran. Ini juga berguna untuk aktifitas seperti mengambil benda dari meja sekolah, bermain alat musik, mencetak dan membungkus hadiah.

Constructional Praksis :

Kemampuan anak untuk menghubungkan objek satu sama lain dalam ruang tiga dimensi. Ini juga melibatkan kemampuan visual spasial dan motor planning dalam melakukan suatu aktifitas seperti mereplikasi bentuk struktur blok sederhana maupun kompleks. Praksis jenis ini melibatkan ide, konseptualisasi, persepsi spasial, dan perencanaan. Pada anak2 aktifitas yang memerlukan kemampuan ini seperti bermain permainan konstruksi (balok, lego dll), membuat sandwich, menjahit sesuai pola,

Oral Praksis:

Kemampuan untuk merencanakan dan mengeksekusi gerakan lidah, rahang, dan mulut. Dengan adanya kemampuan ini seorang anak dapat berbicara dengan jelas. Selain itu aktifitas ini diperkukan untuk melakukan aktifitas oral seperti meniup, mengunyah, menelan.




Source:
http://www.way2grow.com/SIPTSubtestDescriptions.pdf
http://www.sensorysystemsclinic.com/Sensory%20Integration%20Vocabulary.htm