Vision jika ditafsirkan adalah penglihatan. Bisa disebut juga dengan visual. Salah satu panca indra yang dimiliki makhluk hidup khusunya manusia. Dari suatu sumber yang ku baca, sebelum terjadi evolusi makhluk hidup lebih mengandalkan indra penciumannya. Hal itu masih terlihat hingga sekarang dimana indra penciuman nampak begitu krusial untuk beberapa hewan. Namun, kini muncullah pendatang baru bernama vision atau visual. Indra ini kini mejadi sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Dengan vision manusia dapat mengetahui dimana ia berada, apa yang sedang terjadi di lingkungan sekitarnya, dan apa yang mungkin terjadi di masa yang akan datang berdasarkan pengalaman masa kini.
Fakta menarik mengenai vision:
1. 80% informasi yang kita dapatkan berasal dari input yg masuk melalui visual
2. 80% vision bertanggung jawab terhadap apa yang kita lihat dan 20 % bertanggung jawab terhadap dimana dan bagaimana kita melihat informasi tersebut
3. 66 2/3 % aktivitas tak dihususkan untuk memproses input visual ketika mata kita terbuka. 3 miliar impuls masuk ke sistem saraf pusat yang kita miliki, 2 miliar diantaranya berupa impuls visual
4. 93% komunikasi manusia bersifat nonverbal. 55 persen cara komunikasi nonverbal itu adalah dengan melihat ekspresi wajah dan gestur tubuh.
5. 75-90% proses pembelajaran di kelas bergantung pada kemampuan visual
6. 90% masalah visual tidak pernah didiagnosa
7. 25 persen anak2 usia sekolah tidak terdiagnosa masalah visual
8. 75 persen remaja yang terlihat nakal memiliki masalah visual yang tidak terdiagnosa
Vision yaitu penglihatan tidak hanya sekadar melihat (sight). Kemampuan untuk melihat (sight) sudah kita dapatkan sejak lahir. Namun kemampuan dalam penglihatan (vision) berkembang seiring dengan pertumbuhan kita. Kita akan memahami apa yang kita lihat itulah yang dinamakan vision.
Bagaimana cara kita mengmbangkan vision? apakah hanyak duduk diam sambil melihat layar komputer atau gadget? Tentu tidak. Salah satu yang mendukung perkembangan vision adalah bergerak.
Dengan bergerak, berarti kita meregangkan dan mengontraksikan otot postural kita misalnya untuk berbaring baik tengkurap maupun telentang, sit up, berdiri dengan dua kaki. Selain itu juga pergerakan seperti bergerak mengitari benda, berpindah arah, posisi tubuh, kepala sama saja kita sedang memperkuat kemampuan visual kita. Kita memfasilitasi pergerakan mata kita saat kita bergerak.
Saat kita terlibat pada suatu aktivitas yang bertujuan maka koordinasi mata kita akan berkembang lebih baik.
Jadi pergerakan, keseimbangan, kontrol otot dan postur sangat diperlukan untuk perkembangan visual yang sesuai.
Selain pergerakan dan keseimbangan, Sentuhan juga berperan dalam perkembangan kemampuan visual. bayi menggunakan indra perabanya untuk mengeksplor suatu benda. Dia meraba , merasakan tekstur, bentuk suatu benda. Saat meraba dia juga melihat. Sehingga informasi didapatkan dari 2 indra tersebut. Saat anak melihat sebuah jeruk misalnya, ia akan menafsirkan bahwa itu adalah jeruk tanpa harus ia pegang lagi.
Pendengaran juga mempengaruhi vision/visual. Saat terdengar suara bantingan pintu, seseorang memanggil nama, maka penglihatan kita akan mencari sumber suara berada. Pendengaran juga merangsang proses visual kita terhadap apa yang sedang diucapkan, Contoh saat kita mendengar kata apel/ jeruk kita sudah dapat membayangkan seperti apa benda yang disebutkan tadi.
To be continue...
Senin, 25 September 2017
Minggu, 16 Juli 2017
Pentingnya Kemampuan Integrasi Bilateral untuk Kemampuan Akademik (membaca, menulis, problem solving, logical thinking)
Aku baru membaca artikel menarik, yaitu mengenai pentingnya kemampuan integrasi bilateral dalam perkembangan anak untuk kemampuan akademik seperti membaca, menulis, problem solving, logical thinking saat mereka tumbuh besar. Artikel yang kubaca nanti akan kucantumkan linknya ya..
Enjoy reading!
Manusia adalah bilateral animals yang memerlukan pergerakan bilateral dalam beraktivitas. Integrasi bilateral ini terjadi tidak hanya semata2 gerakan pada kedua tangan, kaki, mata tapi juga melibatkan pada dua sisi otak. Seorang anak harus mengembangkan kemampuan untuk mengkoordinasi 2 sisi tubuhnya dalam aktifitas yang melibatkan fine motor, gross motor, walking, logical thinking dan studying. Kemampuan ini berkembang sejak bayi hingg balita. Contoh saat usia 2 tahun anak akan menggunakan kedua tangannya untuk makan, memegang crayon untuk coret2 serta melompat di playground dengan kedua kakinya secara bersamaan.
Jika anak mendapatkan banyak stimulasi sensori dan motoriknya saat mereka bayi hingga balita, maka otak akan matang secara bertahap dan transisi integrasi bilateral akan berjalan dengan lancar.
Kemudian anak akan membentuk dominansi. Dimana otak akan mengkhususkan diri pada satu sisi bagian otak dalam melakukan aktifitas tertentu. Tahap perkembangan integrasi bilateral ini akan beriringan dengan terbentuknya dominansi (laterality) pada tubuh.
Laterality
Ini menggambarkan perubahan yang penting pada otak anak dimana muculnya suatu kesadaran akan perbedaan dan persamaan pada dua sisi tubuh. Otak mulai menunjukan bahwa satu sisi bagian tubuh lebih baik dalam melakukan suatu aktifitas tertentu dari pada sisi lain. Ini membetuk adanya sisi dominan dari tubuh yang dapat mencegah confusion in brain.
Otak dibagi kedalam 2 hemisfer (kanan dan kiri). Di awal anak akan lebih menggunakan sisi kanan otak (kreatifitas) daripada sisi kirinya. Namun saat mereka tumbuh besar sisi otak kiri lah yang lebih digunakan untuk menunjang kemampuannya dalam membaca, menulis dan logical thinking.
Bagaimana jika seorang anak menunjukan tanda-tanda Mixed dominance ?
Mereka akan menggunakan kaki, mata, tangan telinga, mata pada kedua sisi secara bergantian saat beraktifitas. Mereka dapat memiliki mata kiri yang dominan tapi untuk tangan bagian kanan yang dominan (opposite dominance).
Walaupun tidak semua anak dengan mixed dominance memiliki tantangan dalam belajar, namun beberapa dari mereka mengalami kekacauan sistem kerja di otak saat dikaitkan dgn kemampuan belajar mereka.
Misalnya, informasi visual masuk melalui mata bagian kiri dan disimpan di otak bagian kanan, sedangkan seluruh infomasi auditori masuk melalui telinga kanan kemudian disimpan di otak bagian kiri. Pertanyaannya adalah bagaimana si anak dapat menerima dan menerjemahkan informasi yang berbeda? Efeknya menurut Sally Goddard, akan terjadi kegagalan dalam mengirimkan informasi ke pusat yang paling efisien di otak. Kalau diasumsikan seperti memiliki 2 orang yang berada si satu mobil. Keduanya ingin menyetir namun keduanya juga ingin menavigasi.
5 Tahap perkembangan integrasi bilateral:
1. Symetrical Bilateral Integration (SBI)
Kedua sisi tubuh seperti bercermin. Melakukan gerakan secara bersamaan dengan arah dan watu yang juga bersamaan. Contohnya seperti seorang bayi yang memegang wajahnya dengan kedua tangan, bertepuk tangan, dan mengayunkan kaki mereka secara bersamaan. Saat asi bayi tumbuh lebih besar lagi dan menjadi lebih aktif, mereka akan menerapkan SBI ini untuk aktifitas seperti lompat tali, menggunakan gilingan adonan (rolling pin), lompat bunny, menepuk bubbles dengan kedua tangan, memainkan alat musik seperti memukul sebuah drum dengan kedua tangan secara bersamaan.
2. Reciprocal Bilateral Integration (RBI)
Bentuk lain dalam gerakan bilateral dimana satu sisi tubuh memiliki gerakan yang berlawanan dengan sisi lain. Contoh kemampuan reciprocal pada bayi yaitu merangkak atau merayap. Mengayunkan tangan dan kaki saat berjalan juga termasuk RBI. Contoh aktifitas lainnya seperti memanjat, mengendarai sepeda, skipping, hopscoth, berenang.
3. Asymetrical Bilateral Integration (ABI)
Ini yang paling penting dan merupakan fase kritis dalam perkembangan integrasi bilateral pada anak.
Bentuk kemampuan bilateral ini yaitu kedua sisi tubuh melakukan tugas yang berbeda namun saling mendukung dalam menyelesaikan suatu aktifitas. Contoh dari aktifitas ini adalah menulis/mewarnai pada satu tangan dan tangan lain memegang kertas, mengoles selai ke roti, menggunting, meronce dll. Tangan dominan akan melakukan tugas utama sedangkan tangan non-dominan sebagai stabilisasi.
4. Crossing the midline
Setelah melewati fase dimana otak telah mampu untuk mengkoordinasi gerakan pada kedua sisi tubuh. Cross midline ini adalah suatu gerakan pada ekstremitas maupun alat indra yang melewati garis imajiner ubuh (garis tengah) yang membagi tubuh menjadi sisi kanan dan kiri.
Aktifitas yang membutuhkan kemampuan ini contohnya seperti dribble bola, menendang bola dengan secara menyilang, mengambil pensil yang terletak di sisi berlawanan, memukul bola dengan tongkat, menyentuh jari dengan gerakan yang berlawanan.
5. Bilateral development for academic Skill
Setelah melewati dan menyelesaikan tahapan perkembangan bilateral di atas, maka kemampuan bilateral ini akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan akademik. Contoh membaca. Saat membaca akan ada namanya visual tracking, dimana mata kita akan mengikuti sederet tulisan yang ada dari kiri ke kanan sebelum berpindah ke barisan baru. Ini membutuhkan kemampuan crossing midline pada mata. Jika anak mengalami kesulitan dalam crossing midline akibat ketidakmatangan perkembangan integrasi bilateral, maka akan membaca beberapa kata dari satu sisi kemudian berhenti sebentar untuk melanjutkan membaca di garis selanjutnya. Hal itu dikarenakan si anak tidak dapat melakukan crossing midline pada bola matanya.
Kegiatan menulis, mewarnai pun juga membutuhkan kemampuan crossing midline. Jika tangan tidak dapat secara alami melakukan crossing midline, maka otak akan berhenti sebentar untuk memikirkan gerakan pengganti dari crossing midline.
Asymetrical bilateral juga dibutuhkan dalam melakukan aktifitas akademik seperti menulis.
Jadi terjawab sudah dengan perkembangan integrasi bilateral yang baik sejak bayi maka akan sangat menunjang kemampuan akademik seperti membaca dan menulis nantinya. Otak kiri lebih terasah untuk kemampuan logical thinking karena terbentuknya dominance laterality yang pada umumya di sisi kanan tubuh, yang dikendalikan bagian kiri otak. Otak dapat mengorganisir informasi karena hal tersebut.
Source:
http://ilslearningcorner.com/2016-05-bilateral-integration-stages-of-bilateral-integration-for-reading-writing-tracking-and-crossing-the-midline/
Enjoy reading!
Manusia adalah bilateral animals yang memerlukan pergerakan bilateral dalam beraktivitas. Integrasi bilateral ini terjadi tidak hanya semata2 gerakan pada kedua tangan, kaki, mata tapi juga melibatkan pada dua sisi otak. Seorang anak harus mengembangkan kemampuan untuk mengkoordinasi 2 sisi tubuhnya dalam aktifitas yang melibatkan fine motor, gross motor, walking, logical thinking dan studying. Kemampuan ini berkembang sejak bayi hingg balita. Contoh saat usia 2 tahun anak akan menggunakan kedua tangannya untuk makan, memegang crayon untuk coret2 serta melompat di playground dengan kedua kakinya secara bersamaan.
Jika anak mendapatkan banyak stimulasi sensori dan motoriknya saat mereka bayi hingga balita, maka otak akan matang secara bertahap dan transisi integrasi bilateral akan berjalan dengan lancar.
Kemudian anak akan membentuk dominansi. Dimana otak akan mengkhususkan diri pada satu sisi bagian otak dalam melakukan aktifitas tertentu. Tahap perkembangan integrasi bilateral ini akan beriringan dengan terbentuknya dominansi (laterality) pada tubuh.
Laterality
Ini menggambarkan perubahan yang penting pada otak anak dimana muculnya suatu kesadaran akan perbedaan dan persamaan pada dua sisi tubuh. Otak mulai menunjukan bahwa satu sisi bagian tubuh lebih baik dalam melakukan suatu aktifitas tertentu dari pada sisi lain. Ini membetuk adanya sisi dominan dari tubuh yang dapat mencegah confusion in brain.
Otak dibagi kedalam 2 hemisfer (kanan dan kiri). Di awal anak akan lebih menggunakan sisi kanan otak (kreatifitas) daripada sisi kirinya. Namun saat mereka tumbuh besar sisi otak kiri lah yang lebih digunakan untuk menunjang kemampuannya dalam membaca, menulis dan logical thinking.
Bagaimana jika seorang anak menunjukan tanda-tanda Mixed dominance ?
Mereka akan menggunakan kaki, mata, tangan telinga, mata pada kedua sisi secara bergantian saat beraktifitas. Mereka dapat memiliki mata kiri yang dominan tapi untuk tangan bagian kanan yang dominan (opposite dominance).
Walaupun tidak semua anak dengan mixed dominance memiliki tantangan dalam belajar, namun beberapa dari mereka mengalami kekacauan sistem kerja di otak saat dikaitkan dgn kemampuan belajar mereka.
Misalnya, informasi visual masuk melalui mata bagian kiri dan disimpan di otak bagian kanan, sedangkan seluruh infomasi auditori masuk melalui telinga kanan kemudian disimpan di otak bagian kiri. Pertanyaannya adalah bagaimana si anak dapat menerima dan menerjemahkan informasi yang berbeda? Efeknya menurut Sally Goddard, akan terjadi kegagalan dalam mengirimkan informasi ke pusat yang paling efisien di otak. Kalau diasumsikan seperti memiliki 2 orang yang berada si satu mobil. Keduanya ingin menyetir namun keduanya juga ingin menavigasi.
5 Tahap perkembangan integrasi bilateral:
1. Symetrical Bilateral Integration (SBI)
Kedua sisi tubuh seperti bercermin. Melakukan gerakan secara bersamaan dengan arah dan watu yang juga bersamaan. Contohnya seperti seorang bayi yang memegang wajahnya dengan kedua tangan, bertepuk tangan, dan mengayunkan kaki mereka secara bersamaan. Saat asi bayi tumbuh lebih besar lagi dan menjadi lebih aktif, mereka akan menerapkan SBI ini untuk aktifitas seperti lompat tali, menggunakan gilingan adonan (rolling pin), lompat bunny, menepuk bubbles dengan kedua tangan, memainkan alat musik seperti memukul sebuah drum dengan kedua tangan secara bersamaan.
2. Reciprocal Bilateral Integration (RBI)
Bentuk lain dalam gerakan bilateral dimana satu sisi tubuh memiliki gerakan yang berlawanan dengan sisi lain. Contoh kemampuan reciprocal pada bayi yaitu merangkak atau merayap. Mengayunkan tangan dan kaki saat berjalan juga termasuk RBI. Contoh aktifitas lainnya seperti memanjat, mengendarai sepeda, skipping, hopscoth, berenang.
3. Asymetrical Bilateral Integration (ABI)
Ini yang paling penting dan merupakan fase kritis dalam perkembangan integrasi bilateral pada anak.
Bentuk kemampuan bilateral ini yaitu kedua sisi tubuh melakukan tugas yang berbeda namun saling mendukung dalam menyelesaikan suatu aktifitas. Contoh dari aktifitas ini adalah menulis/mewarnai pada satu tangan dan tangan lain memegang kertas, mengoles selai ke roti, menggunting, meronce dll. Tangan dominan akan melakukan tugas utama sedangkan tangan non-dominan sebagai stabilisasi.
4. Crossing the midline
Setelah melewati fase dimana otak telah mampu untuk mengkoordinasi gerakan pada kedua sisi tubuh. Cross midline ini adalah suatu gerakan pada ekstremitas maupun alat indra yang melewati garis imajiner ubuh (garis tengah) yang membagi tubuh menjadi sisi kanan dan kiri.
Aktifitas yang membutuhkan kemampuan ini contohnya seperti dribble bola, menendang bola dengan secara menyilang, mengambil pensil yang terletak di sisi berlawanan, memukul bola dengan tongkat, menyentuh jari dengan gerakan yang berlawanan.
5. Bilateral development for academic Skill
Setelah melewati dan menyelesaikan tahapan perkembangan bilateral di atas, maka kemampuan bilateral ini akan memberikan pengaruh terhadap kemampuan akademik. Contoh membaca. Saat membaca akan ada namanya visual tracking, dimana mata kita akan mengikuti sederet tulisan yang ada dari kiri ke kanan sebelum berpindah ke barisan baru. Ini membutuhkan kemampuan crossing midline pada mata. Jika anak mengalami kesulitan dalam crossing midline akibat ketidakmatangan perkembangan integrasi bilateral, maka akan membaca beberapa kata dari satu sisi kemudian berhenti sebentar untuk melanjutkan membaca di garis selanjutnya. Hal itu dikarenakan si anak tidak dapat melakukan crossing midline pada bola matanya.
Kegiatan menulis, mewarnai pun juga membutuhkan kemampuan crossing midline. Jika tangan tidak dapat secara alami melakukan crossing midline, maka otak akan berhenti sebentar untuk memikirkan gerakan pengganti dari crossing midline.
Asymetrical bilateral juga dibutuhkan dalam melakukan aktifitas akademik seperti menulis.
Jadi terjawab sudah dengan perkembangan integrasi bilateral yang baik sejak bayi maka akan sangat menunjang kemampuan akademik seperti membaca dan menulis nantinya. Otak kiri lebih terasah untuk kemampuan logical thinking karena terbentuknya dominance laterality yang pada umumya di sisi kanan tubuh, yang dikendalikan bagian kiri otak. Otak dapat mengorganisir informasi karena hal tersebut.
Source:
http://ilslearningcorner.com/2016-05-bilateral-integration-stages-of-bilateral-integration-for-reading-writing-tracking-and-crossing-the-midline/
Sabtu, 15 Juli 2017
Praksis ????
Haloooo.......
Kembali lagi dengan saya, Deleda OT hihii
Kali ini aku mau posting suatu istilah yang pasti gak asing lagi bagi para okupasi terapis. Apa itu?? Praksis! yup! istilah yang cukup sering diungkit2 di dunia perterapian (halah)
Bagi yang bukan okupasi terapis jika menemukan postinganku ini jgn cepat beralih yaa...ini lumayan buat nambah pengetahuan kalian di dunia kesehetan. Apalagi buat para orang tua, wah.. ini cukup penting untuk diketahui secara ini berkaitan juga dengan masalah tumbuh kembang anak.
So...apa yang aku tulis nanti gak 100% dari pemikiranku. Aku akan membahas praksis berdasarkan artikel yang aku baca dr web yang nanti aku cantumin linknya di akhir postingan..Karena berhubung artikel yang aku baca pakai bahasa inggris jadi ini bisa dibilang versi bahasa Indonesianya lah yaa...hehehe. Met baca!...
Praksis
Ini merupakan suatu bentuk proses untuk mendapatkan ide, memulai dan menyelesaikan aktifitas motorik baru. Dimana ada praksis maka di situ ada motor planning. Motor planning dan praksis ini berbanding lurus. Untuk memiliki kemampuan praksis yang bagus dibutuhkan motor planning yang baik pula. Hal yang mendukung baik, buruknya praksis/ motor planning seseorang adalah kemampuan dalam mengintegrasi informasi2 yg masuk ke sistem sensori/ indra, baik indra perasa sentuhan, pendengaran, penglihatan, gerakan serta keseimbangan.
Dyspraxia berarti gangguan pada motor planning. Apraksia berarti motor planning hampir tidak bekerja. Individu dengan masalah motor planning akan mengalami kesulitan dibanding dengan individu lain dalam menyelesaikan suatu aktivitas motorik baru karena buruknya pemrosesan informasi yang masuk ke sistem sensori. Orang-orang yang mengalami masalah ini biasanya akan memperlihatkan sifat seperti keras kepala dan malas.
Praksis dapat dikelompokan sebagai berikut:
Praksis terhadap perintah verbal:
Kemampuan untuk mengintegrasi kemampuan verbal beserta respon motoriknya. Misalnya, jika seorang anak diberikan instruksi, "Duduk dan ambil pensil!"
Di situ ia harus mendengar instruksi 2 tahap dan melakukan 2 motor aksi. Kesulitan dalam mengikuti instruksi atau arahan sering disalahartikan sebagai suatu gangguan perilaku yang disengaja pada anak. Padahal anak tersebut memang mengalami kesulitan dalam menangkap dan menjalani instruksi tersebut.
Praksis postural:
Kemampuan untuk mengimitasi (menirukan) posisi tubuh. Individu dengan masalah ini akan mengalami kesulitan dalam melakukan gerakan2 olah raga. Misalnya jika ada seorang instruktor berkata, "Pegang tongkat/ stik seperti ini!" maka orang dengan masalah postural praksis ini akan mengalamai keslitan dalam meposisikan tubuh mereka seperti yang dicontohkan. Seorang bayi yang mengalami masalah ini dapat 'stuck' di bawah meja saat merangkak karena kesulitan untuk mencari tahu bagaimana caranya untuk bisa keluar. Individu dengan gangguan ini akan seperti kayu alias kaku di lingkungan mereka. Tidak fleksibel.
Sequencing Praksis:
Kemampuan untuk mengikuti rangkaian gerakan jari dan tangan seperti yang diperagakan demonstran. Ini juga berguna untuk aktifitas seperti mengambil benda dari meja sekolah, bermain alat musik, mencetak dan membungkus hadiah.
Constructional Praksis :
Kemampuan untuk mengikuti rangkaian gerakan jari dan tangan seperti yang diperagakan demonstran. Ini juga berguna untuk aktifitas seperti mengambil benda dari meja sekolah, bermain alat musik, mencetak dan membungkus hadiah.
Constructional Praksis :
Kemampuan anak untuk menghubungkan objek satu sama lain dalam ruang tiga dimensi. Ini juga melibatkan kemampuan visual spasial dan motor planning dalam melakukan suatu aktifitas seperti mereplikasi bentuk struktur blok sederhana maupun kompleks. Praksis jenis ini melibatkan ide, konseptualisasi, persepsi spasial, dan perencanaan. Pada anak2 aktifitas yang memerlukan kemampuan ini seperti bermain permainan konstruksi (balok, lego dll), membuat sandwich, menjahit sesuai pola,
Oral Praksis:
Kemampuan untuk merencanakan dan mengeksekusi gerakan lidah, rahang, dan mulut. Dengan adanya kemampuan ini seorang anak dapat berbicara dengan jelas. Selain itu aktifitas ini diperkukan untuk melakukan aktifitas oral seperti meniup, mengunyah, menelan.
Source:
http://www.way2grow.com/SIPTSubtestDescriptions.pdf
Oral Praksis:
Kemampuan untuk merencanakan dan mengeksekusi gerakan lidah, rahang, dan mulut. Dengan adanya kemampuan ini seorang anak dapat berbicara dengan jelas. Selain itu aktifitas ini diperkukan untuk melakukan aktifitas oral seperti meniup, mengunyah, menelan.
Source:
http://www.way2grow.com/SIPTSubtestDescriptions.pdf
http://www.sensorysystemsclinic.com/Sensory%20Integration%20Vocabulary.htm
Kamis, 20 April 2017
Pekerjaanku, Cerminku
Hai....Selamat datang di blog Deleda....
Sebenarnya nulis blog udah lama siih dari jaman SMP. Blog ku ada banyak macam. Cuma gak keurus semua. Isinya juga kebanyakan curhatan (namanya juga blog) :D
Ok...Jadii aku sebanrnya lagi ngisi waktu senggang aja sekaligus ngilangin bosen saat nulis postingan ini.
Kenapa judulnya Pekerjaanku, Cerminku ??...
Ya...karena aku mau berbagi apa yang aku dapatkan selama menekuni pekerjaan ku saat ini.
Kalau sebelum2nya aku menulis blog saat status ku masih seorang pelajar, maka kali ini adalah postingan pertamaku disaat statusku berubah menjadi "pekerja" ;)
Apa sih kerjaan ku?....
Aku ini adalah seorang okupasi terapis
Apaan tuh?? (googling aja yaa.. hehehehe)
Pasti agak asing kan dengan profesi ini? Ya itu pun yang aku rasakan selama 3 tahun belakang ini haha....
Intinya pekerjaan ku ini termasuk bagian dari tenaga kesehatan yang mana berkaitan dengan manusia. Pekerjaan ku merupakan bidang jasa yang membantu manusia2 yang mengalami masalah dalam dirinya. Manusia yang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Aku ada dan dididik untuk menangani mereka yang membutuhkan bantuanku.. (aseek)
Ya..sebagaimana peran dokter yang membantu menyembuhkan pasien2 dari berbagai penyakit dengan segala macam treatment atau pengobatan yang diberikan. Begitu juga denganku . Aku berurusan dengan klien2 atau pasien2 yang membutuhkan bantuanku karena penyakit/ kelainan yang diderita mereka membuat mereka sulit untuk menjalani aktifitas kesehariannya. Okupasi terapi disingkat OT adalah terapi yang memberikan pelayanan ke segala usia. Dari bayi hingga lansia. Dengan berbagai keluhan baik kelainan secara fisik maupun mental.
Kini....aku berkecimpung di dunia anak. Ya...bisa dibilang aku adalah OT spesialis bidang anak karena yang aku kerjakan saat ini ialah memberi pelayanan kepada anak2.
Anak-Anak seperti apa?? Apa pekerjaanmu seperti guru TK/play group?
Ya....hampir mirip nuansanya seperti guru TK yang selalu bertemu anak2 yang lucu dan menggemaskan.
Namun, anak2 yang kutemui adalah anak2 yang mungkin jarang dijumpai di TK/play group pada umumnya. Mereka adalah anak2 spesial. Anak2 yang butuh perhatian dan penanganan khusus. Sehingga mereka butuh penganan one on one.
Biasanya ciri khas mereka itu seperti sulit untuk berkomunikasi, cuek dengan lingkungan sekitar atau malah terlalu cemas dengan lingkungan sekitar, sulit mengikuti instruksi, sulit membangun kontak mata, sulit dalam pergerakan secara motorik dan sulit belajar. Sebenarnya masih banyak lagi, tapi itu sebagian besarnya.
Ok..kembali kita kaitkan lagi dengan judul "Pekerjaanku, Cerminku".
Jadi aku bekerja untuk membantu anak2 spesial itu tetap maju, mengejar perkembangannya yang tertinggal dengan anak2 seusianya pada umumnya. Banyak aspek yang ku tanamkan pada mereka supaya mereka dapat beradaptasi di lingkungannya. Aspek secara bagaimana mereka memproses informasi yang masuk ke indra mereka, bagaimana mereka menghadapi situasi baru, menghadapi orang-orang baru, berinteraksi, menyelesaikan masalah/tugas, mengontrol emosi. Aku bukan seorang expert di bidang ini aku juga masih dalam tahap belajar secara aku masih fresh graduate lah yaa...
Tapi hikmah yang kuambil dari apa yang kukerjakan ini adalah bahwa manusia dilahirkan untuk tumbuh dan berkembang menjadi sesosok yang dapat menghadapi dunia tempat ia dilahirkan. Mereka berkembang untuk belajar mengenal lingkungan sekitar, mereka berkembang untuk dapat memproses informasi yang diterima, mereka berkembang untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi, mereka berkembang untuk menjadi mandiri, mereka berkembang untuk dapat mengontrol emosi, mereka berkembang untuk dapat memikul tanggung jawab.
Yaa...mungkin kata2 itu sudah familiar biasa didapatkan dari nasihat2 didikan orang tua. Tapi entahlah aku merasa makna itu sangat dalam saat aku sendiri secara langsung menjadikan hal2 itu sebagai goals yang harus aku perjuangkan untuk anak spesial itu.
Ingat, mereka adalah anak2 spesial. Banyak kalangan yang tidak terima jika mereka dikatakan 'tidak normal'. Tapi kalo menurutku sih kata 'tidak normal' itu tidak salah juga,karena mereka berkembang tidak sesuai dengan usianya.
Rasanya melihat mereka sudah bisa menjalin kontak mata dengan kita, membalas ekspresi wajah kita, menjawab pertanyaan kita walau hanya satu dua kata, patuh terhadap instruksi kita, mau menyapa dan berkenalan dengan teman atau orang lain, mampu mengedalikan emosi dengan tidak mudah nangis, marah, berteriak atau tantrum itu seperti kebahagiaan dan kepuasan tersendiri bagi seorang terapis sepertiku.
.
Kemudian....akupun bercermin terhadap diri sendiri
Bagaimana denganku? Apakah aku sudah benar2 mencapai goal2 perkembanganku hingga mencapai usia saat ini? Setidaknya, apakah aku sudah seperti orang-orang lain seusiaku? Baik dari aspek tangging jawab, kemampuan berinteraksi, pengendalian emosi, kemampuan adapatasi dan percaya diri. Apakah aku sudah mencapai hal2 itu sebagaimana mestinya? Rasanya...akupun merasa banyak yang perlu diperbaiki dalam diriku, Aku kini sudah memasuki usia dewasa muda yang mana harus mencapai goals kedewasaan yang seharusnya. Ku rasa belum semua tercapai.
Rasanya aku memang perlu bercermin dan memperbaiki diri secara bertahap seiring membantu anak2 tersebut untuk mencapai apa yang harus dipenuhinya untuk menjalani hidup.
Jadi sembari memberikan terapi pada anak2 spesial sambil menerapi diri sendiri juga. :))
Sekian,
Deleda Freizia
Sebenarnya nulis blog udah lama siih dari jaman SMP. Blog ku ada banyak macam. Cuma gak keurus semua. Isinya juga kebanyakan curhatan (namanya juga blog) :D
Ok...Jadii aku sebanrnya lagi ngisi waktu senggang aja sekaligus ngilangin bosen saat nulis postingan ini.
Kenapa judulnya Pekerjaanku, Cerminku ??...
Ya...karena aku mau berbagi apa yang aku dapatkan selama menekuni pekerjaan ku saat ini.
Kalau sebelum2nya aku menulis blog saat status ku masih seorang pelajar, maka kali ini adalah postingan pertamaku disaat statusku berubah menjadi "pekerja" ;)
Apa sih kerjaan ku?....
Aku ini adalah seorang okupasi terapis
Apaan tuh?? (googling aja yaa.. hehehehe)
Pasti agak asing kan dengan profesi ini? Ya itu pun yang aku rasakan selama 3 tahun belakang ini haha....
Intinya pekerjaan ku ini termasuk bagian dari tenaga kesehatan yang mana berkaitan dengan manusia. Pekerjaan ku merupakan bidang jasa yang membantu manusia2 yang mengalami masalah dalam dirinya. Manusia yang tidak bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Aku ada dan dididik untuk menangani mereka yang membutuhkan bantuanku.. (aseek)
Ya..sebagaimana peran dokter yang membantu menyembuhkan pasien2 dari berbagai penyakit dengan segala macam treatment atau pengobatan yang diberikan. Begitu juga denganku . Aku berurusan dengan klien2 atau pasien2 yang membutuhkan bantuanku karena penyakit/ kelainan yang diderita mereka membuat mereka sulit untuk menjalani aktifitas kesehariannya. Okupasi terapi disingkat OT adalah terapi yang memberikan pelayanan ke segala usia. Dari bayi hingga lansia. Dengan berbagai keluhan baik kelainan secara fisik maupun mental.
Kini....aku berkecimpung di dunia anak. Ya...bisa dibilang aku adalah OT spesialis bidang anak karena yang aku kerjakan saat ini ialah memberi pelayanan kepada anak2.
Anak-Anak seperti apa?? Apa pekerjaanmu seperti guru TK/play group?
Ya....hampir mirip nuansanya seperti guru TK yang selalu bertemu anak2 yang lucu dan menggemaskan.
Namun, anak2 yang kutemui adalah anak2 yang mungkin jarang dijumpai di TK/play group pada umumnya. Mereka adalah anak2 spesial. Anak2 yang butuh perhatian dan penanganan khusus. Sehingga mereka butuh penganan one on one.
Biasanya ciri khas mereka itu seperti sulit untuk berkomunikasi, cuek dengan lingkungan sekitar atau malah terlalu cemas dengan lingkungan sekitar, sulit mengikuti instruksi, sulit membangun kontak mata, sulit dalam pergerakan secara motorik dan sulit belajar. Sebenarnya masih banyak lagi, tapi itu sebagian besarnya.
Ok..kembali kita kaitkan lagi dengan judul "Pekerjaanku, Cerminku".
Jadi aku bekerja untuk membantu anak2 spesial itu tetap maju, mengejar perkembangannya yang tertinggal dengan anak2 seusianya pada umumnya. Banyak aspek yang ku tanamkan pada mereka supaya mereka dapat beradaptasi di lingkungannya. Aspek secara bagaimana mereka memproses informasi yang masuk ke indra mereka, bagaimana mereka menghadapi situasi baru, menghadapi orang-orang baru, berinteraksi, menyelesaikan masalah/tugas, mengontrol emosi. Aku bukan seorang expert di bidang ini aku juga masih dalam tahap belajar secara aku masih fresh graduate lah yaa...
Tapi hikmah yang kuambil dari apa yang kukerjakan ini adalah bahwa manusia dilahirkan untuk tumbuh dan berkembang menjadi sesosok yang dapat menghadapi dunia tempat ia dilahirkan. Mereka berkembang untuk belajar mengenal lingkungan sekitar, mereka berkembang untuk dapat memproses informasi yang diterima, mereka berkembang untuk dapat berkomunikasi dan berinteraksi, mereka berkembang untuk menjadi mandiri, mereka berkembang untuk dapat mengontrol emosi, mereka berkembang untuk dapat memikul tanggung jawab.
Yaa...mungkin kata2 itu sudah familiar biasa didapatkan dari nasihat2 didikan orang tua. Tapi entahlah aku merasa makna itu sangat dalam saat aku sendiri secara langsung menjadikan hal2 itu sebagai goals yang harus aku perjuangkan untuk anak spesial itu.
Ingat, mereka adalah anak2 spesial. Banyak kalangan yang tidak terima jika mereka dikatakan 'tidak normal'. Tapi kalo menurutku sih kata 'tidak normal' itu tidak salah juga,karena mereka berkembang tidak sesuai dengan usianya.
Rasanya melihat mereka sudah bisa menjalin kontak mata dengan kita, membalas ekspresi wajah kita, menjawab pertanyaan kita walau hanya satu dua kata, patuh terhadap instruksi kita, mau menyapa dan berkenalan dengan teman atau orang lain, mampu mengedalikan emosi dengan tidak mudah nangis, marah, berteriak atau tantrum itu seperti kebahagiaan dan kepuasan tersendiri bagi seorang terapis sepertiku.
.
Kemudian....akupun bercermin terhadap diri sendiri
Bagaimana denganku? Apakah aku sudah benar2 mencapai goal2 perkembanganku hingga mencapai usia saat ini? Setidaknya, apakah aku sudah seperti orang-orang lain seusiaku? Baik dari aspek tangging jawab, kemampuan berinteraksi, pengendalian emosi, kemampuan adapatasi dan percaya diri. Apakah aku sudah mencapai hal2 itu sebagaimana mestinya? Rasanya...akupun merasa banyak yang perlu diperbaiki dalam diriku, Aku kini sudah memasuki usia dewasa muda yang mana harus mencapai goals kedewasaan yang seharusnya. Ku rasa belum semua tercapai.
Rasanya aku memang perlu bercermin dan memperbaiki diri secara bertahap seiring membantu anak2 tersebut untuk mencapai apa yang harus dipenuhinya untuk menjalani hidup.
Jadi sembari memberikan terapi pada anak2 spesial sambil menerapi diri sendiri juga. :))
Sekian,
Deleda Freizia
Langganan:
Postingan (Atom)